The BRUTAL RECORDS label proudly announces the latest band in their ranks:
VENOMOUS signs global deal with Brutal Records and announces first EP "TRIBUS" to be released in February 2021, there is also the new Music Video for the new EP title "UNITY" to be seen on the Brutal Records and Venomous Youtube Channel
The new EP album “TRIBUS” captures all the essential elements inherent; the unrelenting brutality, dark brooding atmosphere, the infectious riffs and guitar shredding that lays down the backbone to a solid rhythm section making... “Venomous” a Melodic Death Metal wonder to behold.
The Brazilian quintet Venomous, from São Paulo, mixes all aspects of Metal with roots in Brazilian regional rhythms, creating a unique, heavy, versatile, comprehensive and aggressive combination. With two albums released in 2018 and 2019, a well-known version of Nothing to Say (from the renowned Brazilian band Angra)
Check it out, you won’t regret it. Just be warned, you may damage your neck once you get into this...
More Time for Love: Harapan Baru Skastra untuk 2021
Tahun 2020 telah membawa begitu banyak hal baru pada semua orang. Nyata-nya, banyak dari kita yang akhirnya menjadi sengsara atas kondisi “Normal Baru” yang memaksa untuk melakukan perubahan-perubahan drastis.
"Normal Baru" ini memaksa semua orang untuk sibuk 24/7 karena akses terhadap apapun menjadi begitu mudah, termasuk pekerjaan, sehingga secara tidak sadar kita membawanya sampai tidur. Orang mengira bahwa bekerja dari rumah akan jauh lebih mudah karena tidak ada waktu yang terbuang percuma. Namun, batasan antara pekerjaan dan kehidupan menjadi semakin kabur.
Isu ini yang melatarbelakangi More Time for Love tercipta. Banyak dari kita yang akhirnya lupa akan batas-batas waktu antara pekerjaan dan lainnya, terutama untuk diri sendiri, keluarga dan pastinya, cinta.
"Tahun 2020 itu tahun yang menyedihkan untuk banyak orang. Makanya di awal 2021 ini kita rilis lagu dengan suasana baru, yang mudah-mudahan bisa membuat ceria hati para pendengarnya," ucap Adi Ahdiat, gitaris Skastra dan penulis lagu tersebut.
More Time for Love bercerita tentang pentingnya menyediakan lebih banyak waktu untuk cinta, karena keberadaannya, berkurang seiring waktu. Cinta dalam lagu ini melambangkan apapun yang pendengarnya inginkan. Bisa jadi cinta untuk diri sendiri, untuk menyediakan lebih banyak waktu, menikmati hobi atau sekadar untuk merenung, atau bisa jadi cinta untuk orang penting lainnya, seperti cinta untuk kekasih juga untuk keluarga. Bukankah menyenangkan jika kita bisa meluangkan waktu untuk beristirahat dan merenung, mencari lebih banyak waktu untuk cinta?
More Time for Love adalah lagu berbahasa Inggris pertama yang dirilis oleh Skastra, setelah sebelumnya selalu menjadikan Bahasa Indonesia sebagai lirik utama. Pada rangkaian rilis ini pula, Skastra akan menyertakan Video Clip yang bertema Keluarga untuk dirilis bersamaan dengan lagunya.
"Semoga di tahun 2021 ini kita bisa memanfaatkan lebih banyak waktu untuk segala sesuatu yang kita cinta," ujar Faris Sutowijoyo, Trombonis Skastra.
Tentang Skastra:
Skastra adalah grup musik ska yang dibentuk akhir Oktober 2015 di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Depok. Setelah berganti personel keluar-masuk beberapa kali, saat ini ada 8 anggota Skastra, yaitu Alduri Asfirna (vokal), Ibrahim Rahman (drum), Rasmana Raga (bass), Adi Ahdiat (gitar), Fazrin Mustakin (gitar), Hanung T. Wibawa (keyboard), Faris Sutowijoyo (trombone), dan Taufiq Alkatiri (trumpet).
Satu hal yang selalu muncul ketika orang menyebut ska adalah irama Jamaika yang serba cepat yang mendorong pendengarnya untuk menari dan menggerakan tubuhnya di lantai dansa. Berbeda dengan irama ska bertempo cepat pada umumnya, Skastra membawakan lagu-lagu ska yang mellow dan bertempo sedang. Skastra tidak mau membatasi karyanya dalam satu genre, sehingga musik Skastra mengusung sentuhan jazz, rocksteady, surf, keroncong dan pop.
Hingga saat ini, Skastra masih memantapkan dirinya berkarya di jalur indie. Kini di usianya yang menginjak 5 tahun, Skastra sudah memiliki beberapa karya, antara lain;
YELLOW JET CLUB MENGAJAK AUDIENS BERDAMAI DENGAN FASE KEHIDUPAN
Setelah Merilis EP dalam bentuk kaset pita, Grup musik asal Semarang, Yellow Jet Club ingin tetap menjaga momentum dengan meluncurkan single akhir tahun yang bertajuk “the Seasons” di sela kondisi pandemi seperti ini. Single ke-dua yang dirilis tahun ini sudah dapat diakses di kanal Digital Music Store (Spotify, iTunes, Dezzer dll) mereka mulai Minggu (21/12/20).
Single “the Seasons” menceritakan proses pendewasaan seseorang dalam menghargai hidup. Kita sadar bahwa semakin bertambah nya usia kita akan merasa kesepian dan bertanya tanya tentang apa artinya hidup. Lebih lagi kita akan merasa kehilangan banyak orang yang kita cintai dari sanak sudara maupun teman akrab. Single “the Seasons” ini merepresentasikan perasaan itu dan mengajak untuk berdamai pada fase kehidupan tersebut.
Audiens seakan diajak untuk merasakan kedamaian untuk lebih menghargai hidup dalam format music fun ala Yellow Jet Club. “Berdamailah pada kehidupan dan bersiaplah selalu pada pergantian musim kehidupan” tutur Ari Mulya selaku drummer band tersebut.
Sila kenakan sabuk pengaman dan lepas landas menuju perjalanan pergantian musim kehidupan ala Yellow Jet Club
Produced by Yellow Jet Club
Mixing and Mastering by Erwin Hadinata
Lyric by Isa Pradana
Recorded at Paw Studio, 4WD Studio
Link Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=yLNFg2Dnd6Y
Link Spotify https://open.spotify.com/track/5gvX5dLRwhxPnYHH9pY4R7?si=YCWmdmWKTTKFJy4IowDaZw
‘Karnaval Hitam’ Kolaborasi Rebellion Rose X Frogstone
Rebellion Rose merupakan band Punk Rock asal Jogja yang dibentuk sejak 2008. Sejak kemunculannya, Rebellion Rose sudah kerap melakukan kolaborasi dengan sederet musisi yang senafas, sebut saja Marjinal, Bunga Hitam, hingga JRX SID. Namun kali ini kolaborasi yang mereka lakukan cukup berbeda. Rebellion Rose berkolaborasi dengan Frogstone, sebuah brand yang dikelola oleh Deni Adit dan Ari Hamzah (Drummer Fun As Thirty).
Pada awalnya Frogstone mengajukan konsep kolaborasi hingga akhirnya jadilah ‘Karnaval Hitam’ yang dikemas dalam rilisan single dan merchandise. Untuk artworknya sendiri dikerjakan oleh Anggarez, seorang illustrator yang telah membuat artwork untuk sederet musisi cadas seperti; Seringai, Death Vomit, Kelelawar Malam, dan sebagainya.
Awalnya kolaborasi ‘Karnaval Hitam’ hanya berbentuk single dan merchandise saja, namun kemudian berkembang menjadi beragam, termasuk video musik yang segera menyusul perilisannya. Bertempat di Frogshelter, Yogyakarta, 6 November 2020 lalu digelar Hearing Session ‘Karnaval Hitam’ yang dihadiri oleh 65 orang yang sebelumnya telah melakukan registrasi. Merchandise ‘Karnaval Hitam’ tersedia dalam bentuk Hoodie, Vest, dan T-shirt, dan untuk pemesanan bisa menghubungi 081932500003.
Fyan Sinner, frontman Rebellion Rose menjelaskan bahwa lagu ‘Karnaval Hitam’ terinspirasi dari situasi belakangan ini, mulai dari maraknya demonstrasi penolakan UU Omnibus Law yang dianggap merugikan kelas pekerja, hingga kasus kriminalisasi yang menimpa JRX SID.
“Lagu ini bercerita tentang sebuah keyakinan dan bagaimana menjaganya tetap teguh, adalah dengan mental yang kuat. Selain itu juga bercerita bagaimana keyakinan tersebut mampu memengaruhi banyak orang, dan pada akhirnya menjadi barisan dan membentuk karnaval,” ungkap Fyan.
Mendengar istilah karnaval, biasanya identik dengan kemeriahan dan warna warni, namun apa yang menjadi beda dengan ‘Karnaval Hitam’?
Sang Drummer, King menjelaskan bahwa semua lagu Rebellion Rose menyuarakan persaudaraan. Sementara gitaris Amek menambahkan bahwa dalam memperjuangkan suatu hak, pasti ada banyak sekali halangannya, oleh karena itu kita harus saling menguatkan dan ada di barisan yang sama.
“Ada jiwa yang kau bawa tuk kau rekahkan senyumnya..” adalah sepenggal lirik ‘Karnaval Hitam’, bait ini dimaksudkan kepada banyak pihak yang tidak bisa ikut demonstrasi turun ke jalan, namun berterima kasih kepada demonstran karena aspirasinya disampaikan lewat parlemen jalanan.
Lewat ‘Karnaval Hitam’ Rebellion Rose dan Frogstone berharap bisa menginspirasi orang banyak untuk melakukan perubahan dan berada dalam barisan melawan segala bentuk penindasan dan kesewenang-wenangan. (*)
Masa pandemi ini membuat seluruh umat industri kreatif berjuang keras, sebagai contohnya industri musik, hampir secara seluruhan panggung band di postponed, ada juga yang di cancel, salah satu band yang terkena dampak tersebut adalah kami, Kasino Brothers. Sejak tahun 2016 kami konsisten mengusung genre garage rock, yaa memang benar seperti itu menurut kami. kami bukan band yang purerock and roll, karena kami sendiri berexperimen dengan banyak jenis musik, kami juga tidak ingin mengkotak-kotakkan jenis musik, tapi kami juga bukan sebuah grup yang memiliki genre pribadi atau punya genre sendiri. Terlalu percaya diri apabila kami mengatakan seperti itu, karena memang tidak seperti itu. Yasudah intinya kami Kasino Brothers, kami Garage Rock N’ Roll band!
Tahun 2020 belasan gigs kami di cancel, dan banyak rencana kami yang akhirnya hanya menjadi wacana saja, membuat mood kami berempat jadi berantakan. Namun satu orang dari kami memulai merangsang untuk “ayo kita gas, kita harus kuat di dunia digital”, satu orang itu adalah wajah baru dari Kami, bassist kami Fareeq yang terproduktif, terdisiplin, seperti sosok HRD dalam perusahaan Kasino Brothers, hehehe.
Memasuki bulan agustus 2020 kami telah menyelesaikan lagu kami yang berjudul Mereka Yang Lupa, dan sudah bisa dinikmati di platform musik favorit kalian sejak tanggal 6 November 2020.
Proses penciptaan lagu “Mereka Yang Lupa”
“Mereka Yang Lupa” memang sudah di rekam pada tahun 2019, namun hanya musiknya saja yang sudah direkam, belum vokalnya Jeff alias Gondjor. Jeff kebingungan dalam menentukan arah lirik mau seperti apa, karena jeff tertantang untuk membuat lirik dengan Bahasa Indonesia, proses Jeff menciptakan lirik memang susah banyak obrak abrik sana sini, mencari tema yang pas dengan fenomena nyata yang akan di angkat, melatih kosa kata konotatif yang keren. Pada akhirnya dengan songongnya Jeff berkunjung ke rumah idolanya, sang vokalis FSTVLST yaitu Farid Stevy Asta. Kunjungan jeff membuah hasil dan dapat pembelajaran 4 sks yang sangat baik. Yaa menurut Uki, Dery, dan Fareeq itu sudah usaha yang cukup bagus untuk seorang jeff dalam mencari referensi menulis lirik Bahasa Indonesia, hehehe good job jeff!
Semakin lama tidak manggung, Dary semakin jago menjadi Audio Engineer, sudah punya alat yang lumayan lengkap untuk proses tracking,mixing dan mastering. membuat kami semakin aman dalam sisi pengeluaran uang kas “berikutnya mending lagu kita Dary aja yang operatorin, sekalian mixing, mastering nya”. Namun Dary masih belum yakin dengan kemampuannya, kami bertiga juga kurang yakin sih sebenernya hahaha.. tapi di lagu Mereka Yang Lupa, Dary punya andil besar, 70% konsep aransemen, pemilihan karakter sound design, hingga take dan editing vocal itu Dary semua otaknya. Setelah kami yakin dengan dengan lagunya, barulah kami kembalikan ke Arul Fortis selaku audio engineer, luar biasa memang hasil mixing-masteringnya, sesuai dengan yang kami inginkan, semoga sesuai juga dengan semua orang.
Selain Fareeq, ada satu orang lagi yang memang suka merangsang dan juga di rangsang hehehe, yaitu gitaris kami Yuki atau Uki yang kalau rekaman setting soundnya lumayan memakan waktu, katanya biar soundnya bagus, hehehe. Sejak pandemi mulai beraksi, Yuki selalu membahas tentang video klip dan youtube kasbro yang memang harus segera lebih di aktifkan lagi. Rangsangan dari Yuki di tambahkan lagi oleh Fareeq “ayoo kita harus aktif di dgital dulu ga apa-apa sebelum ada panggung, biar orang semakin mengenal image band yang sudah kita bangun”. Tanpa pikir panjang kami langsung memutuskan untuk menggarap video klip, dengan alur cerita yang sesuai dengan tema lirik lagu Mereka Yang Lupa.
Video klip “Mereka Yang Lupa”
Video klip di garap langsung oleh 7daysoff Production House, dan kami sepakat untuk mengangkat aktivitas builder motor custom, apabila ditanya “kasbro suka motoran ?” memang benar kami suka motoran, tapi belum kesampean untuk beli motor custom atau motor yang kami dambakan ala-ala bikers dengan penampilan rockstar nan rebel. Padahal sejak berdirinya Kasbro pada tahun 2016 hingga tahun 2019 kami selalu manggung di acara festival motor custom. Semoga dengan video klip ini kami jadi anak motor beneran, aamiin.
Dalam video klip Mereka Yang Lupa, Jeff (Vokal) memerankan sosok seorang welder, Yuki (Gitar) sebagai seorang Ilustrator, Fareeq (Bass) sebagai painter, dan Dary (Drum) sebagai mechanic. Kostum yang kami kenakan sebisa mungkin harus sama dengan penampilan rebel kami ketika di panggung, seperti mengenakan kemeja kotak-kotak daleman kaos oblong, jacket jeans, sepatu boots, converse, dan asesoris lainnya. Alhasil kami merasa terlihat keren berpenampilan montir namun tetap terkesan Kasino Brothers on stage.
Makna cerita “Mereka Yang Lupa” :
Mereka Yang Lupa menggambarkan tentang sosok pekerja yang telah merencanakan suatu konsep pekerjaan namun mendadak hancur. Lalu keadaan memaksa pekerja tersebut bekerja apa saja tanpa memikirkan jati dirinya, yaitu menyempurnakan pekerjaan yang diberikan oleh penguasa. Suatu ketika, pekerja mulai merasakan bahwa yang ia kerjakan sudah tidak manusiawi, kemarahan muncul setelah pekerja menerima honor yang tidak susuai dengan kesepakatan awal. Namun para penguasa memiliki hak penuh atas keputusan secara meneyeluruh tentang pekerjaan tersebut. Inti makna lirik lagu ini sesungguhnya tersimpan pada backing vocal yang terdengar samar dibagian refrain terakhir “Kesenjangan diwujudkan, jiwa yang lemah di lumpuhkan, terlumpuhkan kesenjangan hanya rencana kawana hewan”.
Dalam video klip ini kami juga menyampaikan suatu rasa kekecewaan para pekerja ketika mereka tidak diperlakukan dengan layak oleh para penguasa. Apabila kata penguasa terlalu jauh maknanya, katakanlah pemilik modal atau bisa juga sebagai customer. Sama halnya dalam video klip lagu ini, para pekerja montir bengkel mendapatkan upah tidak sesuai dengan kesepakatan. Tanpa ada pejanjian yang kuat, customer bisa saja pergi begitu saja. Kami berharap yang mengalami nasib pekerja seperti video klip ini cukup dalam video klip ini saja, bukan di dunia nyata.
Cerita selengkapnya kami memohon kalian semua untuk langsung meluncur ke youtube, spotify, dan teman-temannya.
Catatan untuk para editor (media) :
Kami menggunakan teknik penulisan teks deskriptif sugesti, agar mempermudah kawan-kawan media untuk merangkum dan mengulas kembali apa yang sudah kami tuliskan dan jelaskan. Harapan kami dimohon untuk tidak copypaste.
INDONESIA DEATH METAL ACT VOX MORTIS UNLEASH FIRST
TWO SONGS
Raising Awareness to Animal Welfare
JAKARTA - Indonesian band Vox Mortis mark their presence in the extreme music scene by unleashing first two songs, “Primata Durjana” and “Forever No To Dog Meat”. Both are released on various digital platforms such as Joox, iTunes, Deezer, Spotify and Bandcamp on Sep, 9th 2020.
Vox Mortis formed by multidisciplinary musicians such as Doni Herdaru Tona (Funeral Inception), Achmad Mustaid (Vomitology) and Donirro (Last Blood) to raise awareness about animal welfare under the banner of death metal. The band takes music as their medium for propaganda as it works universally.
“We focus on the least protected domestic animals: cats and dogs. Some people would agree if battle is not only about war, but also through diplomacy. Meanwhile we’re ready to shed our blood, diplomacy is also important. Vox Mortis tries to embody the two sides of it,” said Doni who is also the founder of Animal Defenders Indonesia.
Vox Mortis delivers a typical style of death metal with a progressive chord twist, intense blastbeat, and raging growl vocals. They packed up a song with irony and sang it full of wrath. The composition was made to blend with some effects to create an epic atmosphere.
The band intensively produced their material and recording since Covid-19 pandemic started to spread to the whole country. This session took place at Rsharsh Leonard’s Tonebetter Soundlab.
Vox Mortis planned to release their debut album in the near future. They commit to keep agitation and propaganda for animal welfare as long as it’s needed. (*)
Listen to BLACK NIGHT MEDITATIONS - Underground Metal Radio with eighty-eight episodes, free! No signup or install needed. 07 Aug 20 Black Night Meditations - Metal FM Radio. 31 Jul 20 Black Night Meditations - Metal FM Radio.
Embrio kelahiran scene musik rock underground di Indonesia sulit dilepaskan dari evolusi rocker-rocker pionir era 70-an sebagai pendahulunya. Sebut saja misalnya God Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy(Jakarta), Giant Step, Super Kid (Bandung), Terncem (Solo), AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten. Mereka inilah generasi pertama rocker Indonesia.
The official podcast of MetalSucks, Petar Spajic, Brandon Hahn and Jozalyn Sharp. One featured interview each week with a prominent metal musician, and discussion of the latest headlines in metal news. New episodes every Monday morning.